free hit counter code Lewat Digitalisasi, Gubernur Jabar Ingin Ekonomi Desa Meningkat - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Lewat Digitalisasi, Gubernur Jabar Ingin Ekonomi Desa Meningkat
    (dok/amsi jabar) Road to Indonesia Digital Conference (IDC) 2021 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jabar, Selasa (16/11/2021), menghadirkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

    Lewat Digitalisasi, Gubernur Jabar Ingin Ekonomi Desa Meningkat

    • Selasa, 16 November 2021 | 15:30:00 WIB
    • 0 Komentar

    JuaraNews, Bandung - Gubernur Jabar Ridwan Kamil bertekad menjadikan seluruh warga Jabar melek digital, salah satunya dengan program Desa Digital.

     

    Menurut Ridwan Kamil, lewat program ini diharapkan penguasaan digital tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Melainkan masyarakat di desa juga bisa andal menggunakan teknologi digital.

     

    "Digital inklusif jangan sampai pintar digital hanya dikuasai orang kota. Jawa barat bertekad menjadikan Desa Digital sebagai unggulan," kata Gubernur Ridwan Kamil saat menjadi pembicara Road to Indonesia Digital Conference (IDC) 2021 secara virtual yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jabar dengan tema ‘Percepatan Ekonomi Desa dengan Digitalisasi’, Selasa (16/11/2021).

     

    Lewat program ini, diharapkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa bisa meningkat. Lewat digital, akses informasi dan ekonomi terbuka lebar hingga ke dunia internasional.

     

    Apalagi, potensi dari ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data Google, Temasek, dan Bain & Company 2020, total ekonomi digital Indonesia pada 2020 adalah USD44 juta atau setara Rp631 triliun, dan akan meningkat pada 2025 menjadi USD124 atau setara Rp1.744 triliun.

     

    Potensi ini diperoleh dari tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 196,7 juta pengguna. Dari jumlah tersebut 56 persen di antaranya berasal dari daerah rural atau perdesaan.

     

    "Urgensinya bahwa sekarang kami punya slogan tinggal desa, rezeki kota, bisnis mendunia. Selama ini orang menganggap desa itu tidak bisa setara dengan kota. Oleh karena itu kami gunakan strategi digital itu untuk meyakinkan anak-anak muda tidak usah pergi ke kota tapi cukup di desa saja," jelasnya.

     

    Hasilnya pun mulai terasa, ada beberapa produk asal desa yang kini bisnisnya sudah mendunia. Sebagai salah satu contohnya adalah ada satu produk sabun asal salah satu di Jabar.

     

    Saat berjualan dari rumah ke rumah, omzet yang didapat hanya sekitar puluhan juta. Namun lewat program Desa Digital, kini produk sabun tersebut sudah bisa berjualan hingga lintas negara dan omsetnya meningkat hinggat ratusan juta.

     

    "Sudah tanda tangan dengan Shopee, 5.000 desa akan dikasih laptop akan mengakseskan perdagangan desa ke seluruh dunia," kata Kang Emil.

     

    Contoh lainnya, kini peternak ikan dapat meningkatkan produksi hingga 2 kali lipat. Sebab, kini para peternak ikan ini sudah bisa menggunakan handphone. Biasanya ketika musim hujan peternak kesulitan untuk memberi makan karena khawatir terpeleset di tambak maupun empang.

     

    "Contoh lain kita tidak hanya komunikasi dan jalan kita mengubah cara petani dan peternak berproduksi. Kasih makan ikan sudah memanfaatkan informasi dari handphone," kata Emil.

     

    "Di Sukabumi cari ikan sudah pakai aplikasi dari Korea, tadinya nyari ikan pake feeling (perasaan) sekarang nyari ikan dikasih tahu waktunya, dimana carinya, panennya naik 2 kali lipat," imbuhnya.

     

    Menurut Emil, kesuksesan ini tidak terlepas dari 4 pilar yang dijalankan untuk mendukung program Desa Digital. Pertama, menyiapkan SDM andal, membangun infrastruktur, digital, pembiayaan teknologi dan komunikasi, serta pertumbuhan keuangan tinggi.

     

    Empat pilar ini akan dijalankan hingga 2023 di mana dalam roadmap ini ditargetkan tidak ada lagi desa yang blankspot alias tidak ada sinyal HP.

     

    "Di roadmap desa digital, selama 5 tahun kita sudah persiapkan kita berharap dalam 5 tahun terjadi percepatan desa yang luar biasa," ucapnya.

     

    Pengusaha Desa Rezeki Melebihi Orang Kota 

    Hal yang juga bisa didapatkan melalui digitalisasi adalah pengembangan modal usaha di desa dan pemasaran hasil produksinya. Emil menjelaskan, ada banyak perusahan e-commerce atau marketplace yang kini bekerja sama dan ingin ikut membangun desa-desa di Jabar. Bahkan ada e-commerce yang membangun pusat pelatihan digital di desa-desa.

     

    "Jadi kalau ada masyarakat yang tidak tahu jualan online, mereka tinggal datang ke balai desa. Di sana dibantu register, lalu bisa jualan online," ujar Emil.

     

    Sudah banyak yang berhasil memanfaatkan digitalisasi desa. Ridwan Kamil mencontohkan, ada warga yang memiliki usaha beromzet Rp10 juta per bulan, kini menjadi Rp300 juta per bulan setelah memanfaatkan pemasaran digital.

     

    Pemilik Gentong Geulis Ita Sumanti, asal Desa Pleret, Kabupaten Purwakata, adalah satu di antara pengusaha yang tinggal di desa yang mendapatkan rezeki melebihi orang kota. Ita tak menyangka usaha jualan obat herbal yang semula dipasarkan di kalangan keluarga bisa diterima masyarakat lebih luas.

     

    Tidak hanya warga Jabar, Jakarta, dan daerah lain di Indonesia, produk herbal Gentong Geulis berisi ramuan tanaman obat agar daya tahan tubuh tetap prima, sudah dipasarkan hingga ke luar negeri.

     

    "Awalnya ditawarkan ke keluarga. Alhamdulillah banyak yang suka. Kami berkesimpulan, produk ini bisa dijual nih. Maka, kami coba pasarkan melalui e-commerce dan hasilnya sangat baik," jelas Ita.

     

    Pada kesempatan sama, Asisten Staf Khusus Wakil Presiden bidang Ekonomi dan Keuangan Guntur Subagja Mahardika S Sos MSi  menjelaskan, pemerintah pusat sangat mengapresiasi program desa digital atau sistem digitaliasi yang dikerjakan Pempro Jabar.

     

    Hal itu sejalan dengan upaya yang dikerjakan oleh pemerintah pusat dalam pemulihan ekonomi masyarakat yang dalam hampir 2 tahun terdampak Covid-19. Pengembangan Badan Usaha Millik Desa (BUMDes) dan wisata desa adalah satu di antara sekian banyak program pemerintah dalam membangun desa agar keadilan ekonomi merata antara kota dan desa.

     

    Menurutnya, jiwa wirausaha di desa masih rendah, yakni 12,51 persen. Maka menjadi pekerjaan rumah semua pihak untuk membangkitkan semangat wirausaha di desa. Jalan membangun wirausaha di desa adalah melalui digitalisasi.

     

    "Mengapa masuk ranah digital? Ada 3 perubahan besar, tren industi, tren teknologi, dan tren konsumsi. Kosumen kini mainya dilayani dan tetap tinggal di rumah," ujar Guntur.

     

    Seperti halnya yang diungkapkan Gubernur Ridwan Kamil, pemerintah pusat juga sedang menggenjot pembangunan infrastruktur digital di desa-desa. Tujuannya agar masyarakat desa dapat maju, baik sosial maupun ekonominya. (*)

    bas

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Sustainability Bond bank bjb Banjir Peminat
    Bank bjb Perkuat Sinergitas dengan TNI AL
    PLN Galang Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi
    Italia Tawarkan Mesin saat Tekstil sedang Lesu
    SBN Ritel  ST013 dengan Imbal Hasil Hingga 6.50%

    Editorial



      sponsored links