JuaraNews, Bandung - Penjara adalah tempat para pelanggar hukum yang terbukti bersalah akan ditempatkan di penjara, beberapa yang paling menakutkan adalah penjara bawah tanah karena selain tempatnya sangat gelap dan mereka yang mendekam di dalamnya kerap mengalami berbagai penyiksaan yang tak manusiawi.

Negara Indonesia terdapat beberapa penjara bawah tanah yang paling mengerikan di sepanjang sejarah, penjara ini menjadi saksi bisu para pejuang kemerdekaan Indonesia di masa penjajahan.

Inilah beberapa nama penjara bawah tanah paling seram di Indonesia.

Penjara Gedung Lawang Sewu Semarang

Gedung Lawang Sewu sangat terkenal keangkerannya hingga kepelosok Negeri, gedung ini terletak di Kota Semarang dan dulunya merupakan kantor Nis Belanda. Gedung ini dibangun pada tahun 1904 dan dulu disebut sebagai WIHELMINA PLEIN setelah jatuh ketangan Jepang, ruangan bawah tanah gedung ini dirubah menjadi penjara bawah tanah untuk mengeksekusi tahanan. Bangunan yang sempit dengan atap yang rendah membuat penjara ini dikenal sebagai penjara jongkok.

Penjara Museum Fatahillah Jakarta

Gedung ini juga dikenal sebagai Museum Jakarta atau Museum Batavia yang terletak di Kota Tua Jakarta, gedung ini dulunya adalah Stadhuis atau balai kota yang dibangun pada tahun 1707 dengan luas sekitar 1300 m2 di gedung ini terdapat ruang bawah tanah yang menyeramkan. Penjara disini tidak manusiawi dengan hanya tinggi 1 meter untuk ruang tahanan wanita dan tinggi 1,7 meter untuk ruang tahanan pria, minim cahaya dan ventilasi kerap membuat para tahanan meninggal sebelum diadili.

Penjara Benteng Pendem Cilacap

Kota kecil seperti Cilacap ternyata menyimpan peninggalan bersejarah benteng Belanda. Benteng Pendem merupakan bekas markas Hindia Belanda yang sempat tertutup tanah pesisir pantai Teluk Penyu. Benteng itu dulunya dijadikan benteng pertahanan tentara Hindia Belanda saat menghadapi perlawanan bangsa Indonesia, pada tahun 1861 benteng tua ini memiliki beragam fasilitas dari terowongan, landasan meriam, barak, ruang dapur, ruang senjata dan lainnya dan juga tentunya penjara bawah tanah yang menyeramkan.

Penjara Fort Rotterdam Makasar

Benteng Fort Rotterdam berlokasi di pinggir pantai sebelah barat kota Makassar, sampai saat ini bangunan Benteng Rotterdam masih terawat sangat baik. Fort Rotterdam merupakan benteng yang dibangun pada tahun 1545 dan berfungsi pada zaman Kerajaan Gowa, benteng Ini pernah jatuh ketangan Belanda hingga digunakan sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Disini terdapat penjara bawah tanah yang cukup seram di mana Pangeran Diponegoro pernah dipenjara di dalamnya.

Penjara Sukamiskin Bandung

Penjara Sukamiskin merupakan penjara peninggalan pemerintah Belanda di Bandung yang dibangun pada tahun 1918 dan berfungsi pada tahun 1924. Ciri khas bangunan Belanda sangat terlihat pada arsitektur penjara Sukamiskin, bangunan ini memiliki 552 sel tahanan dan terdapat ruang bawah tanah yang digunakan untuk menahan penjahat berbahaya.

Penjara kalisosok Surabaya

Bangunan ini memang dikenal sebagai bangunan tua yang sangat angker dan seram di Surabaya di Kalisosok terdapat penjara bawah tanah yang berdiri di era penjajahan Belanda, bangunan ini memiliki cerita sejarah yang memilukan karena pernah digunakan sebagai tempat penyiksaan terhadap para pejuang kemerdekaan negara kita. Selepas masa kemerdekaan pada Indonesia tahun 1960 sampai 1970  penjara bawah tanah Kalisosok banyak digunakan untuk menampung narapidana politik dan kelas berat.

Penjara Fort Marlborough Bengkulu

Benteng Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang dibangun mulai tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719. Benteng Ini terletak di kecamatan Teluk Segara kota Bengkulu. Benteng Marlborough ini mempunyai bentuk segi empat dengan ukuran panjang 240 meter dan lebar 170 meter, di benteng ini terdapat ruangan penjara bawah tanah yang terdiri dari tiga kamar yang kondisinya sangat gelap gulita. Kabarnya sering terlihat hantu perempuan Inggris di penjara bawah tanah ini.

Itulah beberapa nama penjara bawah tanah paling seram yang ada di Indonesia. (*)

Rdsp