free hit counter code Di Era Disrupsi, Influencer Jadi tantangan Bagi Wartawan dan Media - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Di Era Disrupsi, Influencer Jadi tantangan Bagi Wartawan dan Media
    Ridwan Kamil membuka seminar PWI

    Di Era Disrupsi, Influencer Jadi tantangan Bagi Wartawan dan Media

    JuaraNews, Bandung – Influencer menjadi tantangan bagi wartawan di era disrupsi media. Kecenderungannya influencer saat ini lebih banyak dipandang ketimbang wartawan.

     

    Direktur Bisnis Pikiran Rakyat Januar P. Ruswita mengatakan hal itu saat menyampaikan materinya pada Seminar Nasional bertema “Peran Pers di Era Disrupsi Media, Mendorong Media Daring Tumbuh Sehat dan Berkembang” di Gedung Sate, Bandung, Kamis (12/3/2020).

     

    “Dulu kalau agen tunggal pemegang merek mempunyai produk mobil baru, wartawan suka diajak ke luar negeri. Sekarang diundang mereka adalah influencer. Ini menjadi tantangan bagi media dan wartawan di era disrupsi media ini,” kata Jepi, panggilan bos Pikiran Rakyat ini.

     

    Jepi mengatakan, teknologi pengembangan internet telah mengubah dunia media dan jurnalisme, termasuk mengubah perilaku konsumsi dan perilaku produk komersial. Ia mengatakan, proses produksi konten pun menjadi berubah terutama dalam seleksi, konfirmasi, cek and recek, editing, dan kode etik.

     

    Hal serupa disorot pengelola Ayomedia, Mellysa Widyastuti. Di era disrupsi media, katanya, wartawan harus membuat berita sedikitnya untuk lima konten. Selain berita, katanya, wartawan atau jurnalis harus membuat konten untuk sosial media, video, atau pun bentuk lain.

     

    Hal ini, katanya, karena adanya tuntutan agar berita lebih banyak dibaca oleh banyak orang.

     

    Di sisi sumber berita, kata Mellysa, ada kecenderungan wartawan menggunakan sosial media sebagai sumber berita. Di Indonesia, katanya, 9 dari 10 wartawan atau responden menggunakan sosmed sebagai sumber media. “Ada kecenderungan berita dibuat saja dulu, untuk mengejar kecepatan dan jumlah pembaca yang banyak,” kata Mellysa.

     

    Hal ini dikritik Ketua Dewan Pers Hendry Ch. Bangun, yang menegaskan aspek konfirmasi harus tetap dilakukan. (*)

    ude

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    6 Petugas TPS Meninggal di Pilkada Serentak Jabar
    2 Faktor Ini Kunci Dedi-Erwan Unggul di Pilgub
    Kesbangpol Belum Terima Aduan Adanya Kisruh
    Partai Buruh Buktikan Raih Suara Paslon Pilkada
    Pasangan Ridho Sebut Kemenangan tak Bisa Dibegal

    Editorial



      sponsored links