free hit counter code Lindungi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Saat Pandemi - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


  • Ini Susunan Pemain Port FC vs Persib Bandung
    Ini Susunan Pemain Port FC vs Persib Bandung
    • 28 November 2024 | 20:00:00 WIB

    LAGA seru nan menentukan bakal tersaji di Pathum Thani Stadium, Kamis (28/11/2024) mulai pukul 21.00 WIB, saat Port FC menjamu Persib Bandung.

Jabar Juara


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Lindungi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Saat Pandemi
    (bnpb.go.id) .Fidiansjah

    Lindungi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Saat Pandemi

    Juaranews, Jakarta - Pandemi covid-19 telah berdampak pada sebagian besar aktivitas masyarakat termasuk pada kelompok terkecil yaitu keluarga dan anak. Perubahan pada aktivitas sehari-hari bagi anak dan remaja ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik mereka saja, melainkan namun pada aspek kesehatan jiwa karena perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam waktu yang cukup cepat.

     

    Pemerhati Kesehatan Jiwa Anak UNICEF, Ali Aulia Ramly, mengatakan, salah satu dampak pandemi pada anak dan remaja adalah adanya pembatasan sosial yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah potensi penularan virus covid-19. Pembatasan sosial ini membuat muncul rasa takut yang berlebihan pada anak dan remaja karena banyaknya informasi yang mereka terima tentang pandemi ini.

     

    Selain itu, pembatasan sosial juga membuat anak dan remaja merasa bosan karena harus berdiam diri di rumah dan tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya.

     

    “Tentu saja kebosanan terjadi ketika mereka harus berada di rumah dengan waktu yang sangat lama. Tidak bisa bertemu teman-temannya ini  merupakan sejumlah dampak yang wajar dan banyak terjadi pada anak.Kita harap begitu banyak anak akan bisa pulih dan melihat kembali bagaimana mereka tidak terganggu situasinya dalam keadaan ini, ” ujar Aulia saat dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Senin (20/7.2020).

     

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan. Dr.dr.Fidiansjah, SpKJ., MPH, memaparkan data dari Wahana Visi Indonesia tentang Studi Penilaian Cepat Dampak covid dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia sebagai pendukung pernyataan dari Aulia.

     

    Data tersebut menunjukkan, terjadi ketidakmerataan akses terhadap fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring maupun luring yang dialami anak yang sudah masuk usia sekolah. Sebanyak 68 persen anak dapat mengakses fasilitas pendukung selama masa pembelajaran namun juga terdapat 32 persen anak bahkan tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun.

     

    "Dampaknya anak harus mempunyai sistem belajar sendiri dan dampaknya 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar, lalu 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, bahkan 21 persen  anak tidak memahami instruksi guru," ujar Fidiansyah.

     

    Tidak dapat dipungkiri, lanjutnya, pandemi ini juga dapat berdampak kepada aspek psikososial dari anak dan remaja di antaranya perasaan bosan karena harus tinggal di rumah, khawatir tertinggal pelajaran, timbul perasaan tidak aman, merasa takut karena terkena penyakit, merindukan teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orangtua. Dampak paling membahayakan adalah 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orang tuanya selama berada di rumah.

     

    Sejalan dengan data yang dipaparkan Fidiansyah, Aulia mengungkapkan, kekerasan pada anak itu memang sudah terjadi di Indonesia bahkan sebelum pademi covid-19.

     

    “Pada dasarnya jumlah kejadian kekerasan pada anak di Indonesia memang tinggi dan itu mengkhawatirkan,” ungkap Aulia.

     

    Contoh konkrit kekerasan pada anak secara emosional, ia sebut merendahkan kemampuan anak dalam belajar dan menerapkan pola mendisiplinkan anak yang tidak tepat seperti memberikan hukuman dan sanksi yang dianggap bagi sebagian orang tua justru akan membangkitkan semangat pada anak.

     

    Lebih lanjut Aulia juga menjelaskan, pemerintah memiliki peran pening dalam membantu masyarakat, orang tua atau anak untuk memahami apakah dia terdampak secara psikologis.Gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat  menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi itu normal, Namun tetap harus diperhatikan jika terjadi secara berkepanjangan.

     

    “Jangan lupa, ketika kita ingin mendukung anak dan remaja, kita juga harus memperhatikan kesehatan jiwa orang tuanya, membantu mereka memahami diri sendiri, bisa memilih cara menangani, dan cara untuk mendapat pertolongan,” katanya.

     

    Upaya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam menangani isu kesehatan jiwa anak dan remaja selama masa pandemic, meurut dia, dengan membuat regulasi yang menitikberatkan arah dari setiap kebijakan pada terwujudnya masyarakat yang peduli pada kesehatan jiwa.

     

    Fidiansyah menjelaskan, upaya Kementerian Kescehatan juga akan berkolaborasi dengan UNICEF untuk konteks kemitraan dengan jaringan secara internasional melalui berbagai upaya salah satunya menjaga imunitas.

     

    “Imunitas penting dalam konteks covid, jangan sampai tadi kesehatan jiwa dia turun, kemudian mengganggu imunitas yang dibutuhkan di dalam ovid ini,” katanya.

     

    Fidiansyah juga kembali mengingatkan tentang slogan “Atasi ovid dengan Cerdik Ceria.” C- Cek kondisi kesehatan secara berkala, E- Enyahkan asap rokok, R- Rajin aktivitas fisik, D- Diet sehat dengan kalori, I- Istirahat yang cukup, K- Kendalikan stress, C- Cerdas intelektual emosional dan spiritual, E- Empati dalam berkomunikasi efektif, R- Rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan, I- Interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan, A- Asah, Asih, dan Asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat

     

    Terakhir ia juga menghimbau masyarakat selalu tetap patuhi protokol kesehatan pada situasi apapun, jaga kesehatan fisik dan jiwa untuk kelola stress, berobat, dan konsultasi ke rumah sakit jika mengalami gejala penyakit apapun, dan bila membutuhkan dukungan kesehatan fisik dan jiwa hubungi Call Center yang sudah tersedia," katanya. (*)

     

    Oleh: JuaraNews / ayi

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Bey Machmudin Lantik Pj Wali Kota Tasikmalaya
    KPU Jabar Pastikan tak Ada Pemungutan Suara Ulang
    6 Petugas TPS Meninggal di Pilkada Serentak Jabar
    2 Faktor Ini Kunci Dedi-Erwan Unggul di Pilgub
    Kesbangpol Belum Terima Aduan Adanya Kisruh

    Editorial



      sponsored links