free hit counter code Unit Bisnis Pesantren Penerima Program OPOP di Jabar Makin Berkembang - JuaraNews Inspirasi Semangat Muda web stats service from statcounter

Hot News


Opini


  • RPJPD JABAR 2025-2045
    RPJPD JABAR 2025-2045

    RENCANA Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang.

    Unit Bisnis Pesantren Penerima Program OPOP di Jabar Makin Berkembang
    (humas pemprov jabar) Gubernur Jabar Ridwan Kamil meninjuau produk pesantren penerima program OPOP di Pondok Pesantren Pink 03, Kabupaten Bandung,

    Unit Bisnis Pesantren Penerima Program OPOP di Jabar Makin Berkembang

    JuaraNews, Bekasi - Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersilaturahmi di Pondok Pesantren Pink 03, salah satu pesantren penerima bantuan Program One Pesantren One Product (OPOP) di Kabupaten Bekasi, Sabtu (16/4/2022).


    Pada kesempatan itu, Gubernur mengapreasiasi keberhasilan pesantren yang dapat menghasilkan produk-produk unggulan dengan pemasaran yang kian luas.


    Kang Emil mengungkapkan, progres pesantren yang mengikuti Program OPOP se-Jabar saat ini bertambah hingga 270 pesantren.


    "Hari ini kita memulai Program OPOP tahun 2022. Ada sekitar 270 pesantren  yang menjadi peserta baru, sehingga dari total yang sudah ada sebanyak 2.574 sebagai pesantren lulusan Program OPOP di Jabar yang berhasil naik kelas sebagai pesantren mandiri secara ekonomi," tutur Kang Emil.


    Program OPOP merupakan salah satu dari 17 Program untuk mewujudkan Pesantren Juara, yang bertujuan mendorong pesantren di Jabar lebih mandiri. Sebagai upaya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi keumatan, OPOP diharapkan dapat mengikis ketimpangan gini rasio, serta menekan aktivitas urbanisasi.


    Dalam acara tersebut, Emil juga menyaksikan bazar produksi Pesantren Pink 03 dari Program OPOP, di antaranya cairan pencuci piring, makanan tradisional olahan pesantren, obat herbal, dan camilan. Menurutnya, produk unggulan dari pesantren ini akan segera didaftarkan ke E-Katalog sebagai upaya peningkatan ekonomi nasional.


    "Kita melihat produk-produk luar biasa di tempat yang barokah di Pesantren Pink 3 Kabupaten Bekasi ini dengan sejumlah produk unggulan, di antaranya sabun cuci, air mineral, dan lain-lain," ungkap Emil.


    "Sesuai dengan arahan Presiden untuk peningkatan penggunaan produk dalam negeri, saya titipkan agar OPOP di Pesantren Pink 03 dinaikan ke E-Katalog, sehingga nanti kita bisa membeli produk kebutuhan pemerintah di E-Katalog, salah satunya dimaksimalkan produk pesantren," imbuhnya.


    Kang Emil juga berharap pada 2023 mendatang, target 5.000 pesantren yang bergabung dalam Program OPOP bisa tercapai. Karena hal ini untuk membuktikan, bahwa semangat wirausaha di pesantren dan digitalalisasi tak hanya milik warga perkotaan, melainkan juga di perdesaan yang menjadi basis keberadaan pesantren.


    "Mudah-mudahan di akhir tahun depan target 5.000 pesantren bisa tercapai, sehingga kemandirian ekonomi di Jawa Barat bisa terwujud, dakwahnya maju dan kemandirian ekonomi pun maju," pungkasnya.


    Perluas Produksi dan Pemasaran
    Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren At Taufiq di Sukawangi, Kabupaten Bakasi Ummi Siti Jubaedah, memiliki pandangan jauh bagi para santrinya.

    Menurut Ummi, selain menimba ilmu, santri saat lulus juga harus berdaya dalam mencari penghasilan. Ilmu agama didapat, kehidupan ekonomi juga meningkat.

    "Saya ingin santri setelah lulus bagus dalam agama dan memiliki kemampuan dan ilmu lain seperti membuat produk sabun dan herbal," kata Ummi di sela-sela kunjungan kerja Gubernur Ridwan Kamil.

    Pesantren At Taufiq memiliki lebih dari 100 santri. Ummi sama sekali tidak menarik bayaran kepada para santri alias gratis. Dana pengelolaan selama ini selain berasal dari sumbangan, juga lebih banyak dari kegiatan ekonomi yang berlangsung di dalam pesantren.

    Ia bercerita mendapatkan bantuan Program OPOP dari Pemprov Jabar dalam hal ini Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jabar pada 2019. Bantuan yang diperoleh berupa dana Rp 500 juta plus Rp100 juta dari Pemkab. Bekasi.

    Sebelum mendapatkan bantuan OPOP, Pesantrennya memiliki usaha pembuatan sabun herbal. Sabun dengan bahan dasar minyak sawit, zaitun, sari herbal dan lain-lain itu diproduksi dengan cara tradisional oleh para santri.

    Dengan bantuan modal OPOP, ia kemudian memakainya untuk membeli alat-alat produksi pembuatan sabun herbal agar lebih modern, di antaranya membeli mixer besar, mesin potong, alat pres, alat pembuat kemasan, hingga alat cetak.

    Kini sabun herbal Ummi memiliki kemasan yang cantik dan layak dijual, bahkan memenuhi kriteria untuk dijual di supermarket.

    "Saat ini baru dijual sekitar Bekasi saja, apalagi kemarin Covid-19 sangat berdampak.  Alhamdulillah sekarang sudah kembali menggeliat," tuturnya.

    Dengan penambahan alat produksi, pembuatan sabun herbal di Pesantren At Taufiq semakin meningkat. Kini dalam sehari pesantren bisa membuat hingga 20 kg sabun herbal kemasan.

    Saat ini, penjualan masih dilakukan di antara komunitas pesantren dan sekolah. Ia berharap produknya bisa dijual ke supermarket.


    Ummi berharap ada bantuan lanjut dari pemerintah untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agas bisa masuk pasar ritel.


    Ia mengaku sanggup meningkatkan produksi karena peralatan sudah modern. Saat ini saja sudah mampu memproduksi sekitar 200 kotak sabun herbal per bulannya.


    Selain sabun herbal, Pesantren At Taufiq juga menjual obat herbal. Selama ini di lahan pesantren ditanami lebih dari 130 jenis pohon herbal yang menjadi bahan baku sabun dan sekaligus obat herbal antara lain daun bidara, dan bunga telang.


    Inilah yang kini menjadi produk sampingan dari Pesantren At Taufiq, bahkan kini sudah merambah skin care herbal, dan pendidikan pelatihan komputer bagi masyarakat sekitar..


    Hal yang sama disampaikan Direktur Produksi dan Pemasaran Sabun Pesantren Pink 03 Kabupaten Bekasi Dedi Yunus, yang memproduksi sabun bermerek King Clink.


    "Kami mempunyai produk sabun cair, yang selama ini untuk kalangan pesantren. Sebab belum ada izin BPOM, jadi belum bisa dipasarkan lebih luas," tutur Dedi.


    Saat ini pasar hanya di sekitar pesantren termasuk santri dan keluarganya. Santri di Pesantren Pink 03 saat ini mencapai 2.700 orang setingkat sekolah dasar hingga SMA.


    Dedi berharap kemudahan mendapatkan bahan baku khususnya bahan kimia sebagai bahan pembuatan sabun. Pasalnya sejak pandemi, mereka kesulitan mendapatkan bahan baku tersebut. (*)

    jn

    0 Komentar

    Tinggalkan Komentar


    Cancel reply

    0 Komentar


    Tidak ada komentar

    Berita Lainnya


    Sustainability Bond bank bjb Banjir Peminat
    Bank bjb Perkuat Sinergitas dengan TNI AL
    PLN Galang Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi
    Italia Tawarkan Mesin saat Tekstil sedang Lesu
    SBN Ritel  ST013 dengan Imbal Hasil Hingga 6.50%

    Editorial



      sponsored links